-- --

Senin, 21 Maret 2011

Salam di ketinggian Sindoro

3 Maret 2011 menjadi awal dari rencana pendakian Sindoro. Pendakian kali ke-3 saya [di Sindoro]ini dicetuskan oleh teman saya Pato melalui komentarnya di FB. Ajakannya langsung saya sambut, Jumat sore saya langsung meluncur ke Temanggung dengan rencana, jumat malam kami mulai naek.


Menjelang waktu ashar, dengan tas carrier di punggung saya berpamitan dengan Mbah kost, berjalan menerobos gerimis Grendneg kala itu memburu angkot jalur O1. Alhamdulillah begitu sampai di Jl. Gunung Slamet langsung dapet angkot. Sampai terminal baru pwt langsung ke masjid terminal, selesai hampir jam 4 sore langsung naik bus.

Tak lama, bus bertolak dari terminal, beberapa sms saya kirim ke adik, Muhono [teman 1 kostan] dan abinya Faris [partner mendaki saya, yang baru dianugerahi putra]. Memasuki wilayah Sokaraja,saya terpaksa turun, bukannya mau membeli gethuk sokaraja, tapi naas, salah naik bus..... huft ..#pelajaran.no.1:liat plang kota tujuan sebelum naik bus.


05.00 - 10.00 pm
Dalam interval waktu ini saya habiskan perjalanan di bus pwt- semarang. Lengkap dengan suguhan musisi- musisi dari berbagai genre musik yang menjadikan bus sebagai panggung 'kehidupanya'. Dari yang berpenampilan preman dengan lagu khas-nya [bahasa ngapak], ada yang berpenampilan kalem dengan membawakan lagu islami, pengamen model kroyokan, sampai pengamen berpenampilan kalem, rambut gondrong, dengan suara dan cord- cord gitar yang mendahului dan terdahului tapi tetap saja PD seolah tak ada masalah dengan aksi 'panggung'nya. Bahkan sampai 2 x naik turun bus, karena perolehan suara yang dirasa kurang. Beliau ini pengamen terkalem, sopan meski penampilan agak- agak sangar, sejak saat saya SMA dulu beliau ini sudah melakoni perannya di jalur Banjarnegara Wonosobo.

10.00 pm - selepas ashar [sabtu,5 maret 2011]
Temanggung kota - Mujahiddin. Karena pertimbangan waktu yang sudah kian larut dan beberapa peralatan mendaki yang belum didapat, pendakian diputuskan berangkat selepas ashar hari sabtu. Di sini bertambah teman mendaki menjadi 3 personel, Ghozali. Makan malem, ngobrol ngalor ngidul, sholat jamaah, sarapan pagi, membaca novel - 5 cm- menjadi menu kegiatan menjelang pendakian sabtu. Thanks to Pato atas jamuannya [sudah memuliakan saya hehehe]

Sabtu, 03.30 pm - menjelang maghrib
Check list semua peralatan dan kebutuhan mendaki. Dengan berkendara motor kami meninggalkan kompleks Mujahiddin. Membeli peralatan dan kebutuhan mendaki dan makan sore. Selebihnya menerobos hujan sepanjang perjalanan temanggung - wonosobo. Desingan knalpot motor dan bus- bus meramaikan jutaan butir air yang membentuk peristiwa alam -hujan-. Menjelang maghrib kami sampai di basecamp kledung, bertemu dengan bebrapa pendaki dari Semarang, Jakarta dan berkenalan seperlunya.

Selepas maghrib- Selepas Isya

Dengan kondisi baju basah kami menuju perapian di dapurnya Mbah. Menghangatkan badan dan ngobrol dengan beliau dengan suguhan teh tambi panas [ matur nuwun mbah ...]. Dari obrolan soal cuaca kledung beberapa hari terakhir, cerita soal perjalanan hidup menantunya sampai pada 'cerita' pengabulan keinginan bagi yang sudah mendaki sindoro sampai 7 x. Saya cuman manthuk mawon seolah baru mendengarnya. Anda percaya dengan cerita pengabulan si Mbah??

Badan mulai menggigil, lantas kami mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat [jamak] berjamaah dengan pendaki lain.
#Disebutkan dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ. قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ.

“Maukah kalian untuk aku tunjukkan atas sesuatu yang dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan mengangkat derajat?" Mereka menjawab, "Tentu, wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Menyempurnakan wudhu pada sesuatu yang dibenci (seperti keadaan yang sangat dingin pent), banyaknya langkah kaki ke masjid, dan menunggu shalat berikutnya setelah shalat. Itulah ribath.”

Serombongan pendaki berangkat duluan. Kami re- packing dan ngobrol dengan teman- teman X- Spala semarang dan teman dari Jakarta : Saleh dan Akbar. Setelah 2 x pengambilan gambar bareng, kami bertiga berpamitan dengan mereka dan saling berucap Salam. Kami mulai berjalan meninggalkan basecamp ditengah rintik hujan, dingin, gelap, dengan beban berat di punggung dan senter di tangan. bismillah ..
Teringat seruannya Jenderal Soedirman ,
insaflah :"Barangsiapa mati padahal [sewaktoe hidoepnya] belum pernah toeroet berperang [membela keadilan]bahkan hatinya berhasrat perang poen tidak, maka matilah ia di atas tjabang kemoenafekan."
dari hadist yang diriwayatkan Muslim.
Dan teringat perkataan pendaki tua [sudah banyak kali mendaki Mahameru] di novel -5 cm- "mendaki adalah perjalanan sebuah hati" [dengan sedikit perubahan]

Bersambung ...

0 komentar:

Posting Komentar